Friday, March 4, 2016

Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu-Budha)

Tags



A.  Pengaruh Budaya India

         India merupakan salah satu bangsa yang berinteraksi dengan penduduk kepulauan Indonesia. Interaksi tersebut terjalin sejalan dengan meluasnya hubungan perdagangan antara india dan cina. Sehingga para pedagang india dan cina dating ke kepulauan Indonesia. Adanya interaksi tersebut membawa perubahan pada bentuk tata negara dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia, susunan kemasyarakatan dan system kepercayaan. Sejak saat itulah pengaruh Hindu – Budha berkembang di Indonesia.

Pendapat atau teori mengenai masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu – Budha di Indonesia:
1. Teori Brahmana
          Van Leur merupakan tokoh utama yang melontarkan teori Brahmana. Inti dari teori ini yaitu, penyebab agama dan kebudayaan india ke Indonesia dilakukan oleh golongan Brahmana. Golongan Brahmana yang artinya mereka datang ke Indonesia atas undangan para penguasa di Indonesia untuk memimpin pelaksanaan upacara Vratyastoma

2. Teori Ksatria
          Menurut R . C. Majundar, muncul kerajaan atau pengaruh Hindu di kepulauan Indonesia dikarenakan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit india. Diduga para prajurit ini melarikan diri dari india. Lalu mendirikan kerajaan – kerajaan dikepulauan Indonesia dan asia tenggara. Namun, dalam teori yang ditemukan R.C. Majundar kurang disertai bukti-bukti yang kuat.
Juga ada pendapat dari, F.D.K. Bosch, dia melontarkan bahwa,pada masa lampau di india sering terjadi perang atar golongan. Para perajurit yang kalah, kemudian meninggalkan india. Rupanya para prajurit tersebut ada yang sampai wilayah Indonesia. Para prajurit itulah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya ditempat baru tersebutlah terjadi proses penyebarah agama dan budaya Hindu.
Teori Ksatria ini memiliki kelemahan yaitu, tidak adanya bukti tertulis bahwa terjadi kolonisasi oleh para ksatria india.

3. Teori Waisya
          Teori waisya dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang merupakan golongan yang tersebar yang datang ke Indonesia. Juga, adanya perkawinan antara para pedagang tersebut dan wanita Indonesia. Perkawinan tersebut dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang sangat penting.

4. Teori Arus Balik
          F. D. K. Bosch  yang tadinya mengemukakan pendapat di teori ksatria, menemukan fakta-fakta baru bahwa golongan cendekiawanlah yang mambawa agama Hindu-Budha ke Indonesia. Golongan cendekiawan yang dimaksud adalah para pendeta atau Biksu
Teori ini juga didukung Van Leur. Menurut pendapatnya, orang Indonesia juga berperan dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha. Para pedagang yang berasal dari Indonesia datang sendiri ke india karena penasaran dengan agama dan kebudayaan india. Mereka menetap dan belajar di Indonesia selama beberapa waktu, kemudian pulang kembali membawa agama dan kebudayaan india serta menyebarkannya kepada masyarakat setempat.
B.  Kerajaan – Kerajaan Pada Masa Hindu-Budha

1.    Kerajaan Kutai
a.     Letak Geografis
Kerajaan kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura(Martapura). Terletak di sungai Mahakam,tepatnya di Muara Kaman, kutai, Kalimantan Timur. Berdiri sekitar abad ke-4 M. kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu pertama di Indonesia.
b.    Sumber Sejarah
Sumber sejarah mengenai keberadaan kerajaan kutai adalah beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan tersebut terdapat pada tujuh tiang batu yang disebut dengan Yupa. Yupa ini digunakan untuk mengikat hewan kurban yang merupakan persembahan rakyat kutai kepada para dewa yang dipujanya.
c.     Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintahkan dikerajaan kutai adalah
1.    Raja Kudungga
Raja Kudungga adalah Raja pertama kerajaan Kutai. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku, tetapi dengan masuknya pengaruh hindu ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi Raja.

2.    Raja Aswawarman
Aswawarman adalah Putra Raja Kudunggga. Dalam Prasasti Yupa disebutkan bahwa Raja Aswawarman adalah seorang raja yang cakap dan kuat. Raja Aswawarman dianggap sebagai pendiri keluarga raja atau wangsakarta.

3.    Raja Mulawarman
Raja Mulawarman  adalah Raja terbesar Kerajaan Kutai. Kebaikan raja diwujudkan dalam pemberian hadiah atau sedekah berupa sapi dalam jumlah yang banyak pada para Brahmana.
d.    Kehidupan Sosial
Golongan pertama diduduki oleh golongan Brahmana, golongan kedua oleh Ksatria (bangsawan dan prajurit), golongan ketiga diduduki Waisya (pedagang dan petani), Serta golongan keempat atau Terendah  diduduki oleh (rakyat Biasa).
e.     Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah dapat dikatakan maju Buktinya adalah dengan hasil kebudayaan kerajaan Kutai yang paling utama yaitu Yupa. Dikerajaan Kutai sudah terdapat upacara penyucian diri yang disebut dengan Vratyastoma. Menurut kepercayaan Hindu, Seseorang yang telah tercemar dan karenanya dikeluarkan dari Kasta dapat diterima kembali masuk Kastanya setelah melalui upacara Vratyastoma.

2.    Kerajaan Tarumanegara
a.     Letak Geografis
Letak Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat di tepi sungai Cisadane, sekitar Bogor sekarang. Kata taruma berhubungan dengan kata tarum yang berarti nila atau biru. Taruma didirikan oleh Rajadirajaguru  Jayasingawarman  yang kemudian diganti oleh putranya (Dharmayawarman). Wilayah kekuasaan Tarumanegara meliputi Banten, Jakarta, Sampai pada perbatasan Cirebon. Pada Masa pemerintahan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai seluruh wilayah Jawa barat.
b.    Sumber Sejarah
1.    Prasati
Prasasti-prasati yang menerangkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Prasasti tersebut, antara lain sebagai berikut.
a.    Prasasti Tugu
Prasati Tugu ditemukan di desa Tugu,Cilincing, Jakarta. Isi Prasati Tugu adalah tentang penggalian sebuah saluran air Gomati sepanjang 6.112 tombak atau kurang lebih 11 km. Penggalian dilakukan selama 21 hari dan setelah selesai diadakan selamatan dengan memberikan 1.000 ekor sapi kepada para brahmana. Selain hal tersebut, diceritakan juga mengenai penggalian saluran air Candrabhaga oleh ayah Purnawarman yang didirikan dari istana menuju ke laut. Menurut para ahli diperkirakan aliran sungai tersebut digunakan untuk mengatasi banjir.

b.    Prasati Kebon Kopi
Prasati Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Prasasti dipahatkan dalam satu baris yang diapit oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah.

c.     Prasati Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan di kampung Muara, desa Ciaruteun Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Prasasti Ciaruteun ini terdiri dari dua bagian. Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan beraksara pallawa dan bahasa sanskerta, serta inskripsi B yang terdiri dari satu baris tulisan yang belum dapat dibaca dengan jelas. Inskripsi A disertai gambar sepasang telapak kaki.

d.    Prasati Lebak (Cidanghiang)
Prasasti lebak (Cidanghilang) ditemukan di Banten. Pada prasasti, ditemukan tulisan yang berbunyi “Inilah tanda keperwiraan keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, Yang Mulia Purnawarman yang menempati Panji sekalian raja.”

e.     Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten terletak di muara kali Cianten, kampung Muara, desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Inskripsi prasasti ini belum dapat dibaca dan dipahatkan dalam bentuk aksara yang menyerupai sulur-suluran. Oleh para ahli disebut dengan Aksara ikal.

f.      Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
Prasasti Jambu terletak di sebuah bukit (pasir) Koleangkak, desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Inskripsi prasasti ditulis dalam dua baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.

g.    Prasasti Pasir Awi
Inskripsi Prasasti Pasir Awi terdapat di sebuah bukit yang bernama Pasir Awi di kawasan perbukitan desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor. Inskripsinya tidak dapat dibaca karena inskripsi tersebut lebih berupa gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian atas inskripsi terdapat sepasang telapak kaki.
2.    Arca-Arca
a.    Arca Rajarsi, diperkirakan ditemukan diwilayah Jakarta. Berdasarkan dari bentuknya, arca Rajarsi memperlihatkan sifat-sifat Wisnu-Surya.
b.    Arca Wisnu Cibuaya I
Arca ini dianggap sebagai pelengkap prasasti Mulawarman. Arca ini diduga memiliki persamaan dengan langgam seni pallawa di India Selatan dari abad ke-7 M sampai abad ke-8 M.
c.     Arca Wisnu Cibuaya II
Arca ini memiliki kesamaan dengan arca-arca yang ada di Kerajaan Pala, Bangladesh.

3.    Berita Asing
Berita Cina yang berasal dari zaman dinasti T’ang menyebutkan bahwa seorang pendeta yang bernama Fa-Hien telah terdampar di pantai utara pulau Jawa (tahun 414) ketika ia hendak kembali dari india ke Negeri Cina. Dalam catatan perjalanannya, ia menyebutkan bahwa di daerah pantai utara Pulau Jawa bagian barat telah dijumpai masyarakat yang mendapat pengaruh Hindu (India). Masyarakat tersebut oleh Fa-Hien diperkirakan menjadi bagian dari masyarakat Kerajaan Tarumanegara.
C.   Kehidupan Politik
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman. Pada masa pemerintahannya, rakyat hidup makmur dalam suasana aman dan tentram. Raja Purnawarman berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara menjadi kerajaan besar.
     Bukti bahwa Raja Purnawarman berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya adalah dari prasasti Tugu yang menyatakan Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah sungai. Penggalian tersebut sangat besar artinya karena pembuatan sungai tersebut merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
     Dalam berita Cina disebutkan bahwa kerajaan Tarumanegara sering mengirimkan utusan ke negeri cina. Hal tersebut menunjukkan bahwa kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara lain termasuk negara India.

D.  Kehidupan Ekonomi
Dalam Prasasti Tugu dinyatakan  bahwa Raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah saluran sepanjang 6.112 tombak. Pembangunan saluran tersebut mempunyai arti ekonomis yang benar bagi masyarakat karena dapat digunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir, serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan Tarumanegara dengan daerah lain dan perdagangan dengan daerah di sekitar Tarumanegara. Akibat hal tersebut kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan dengan teratur

E.   Kehidupan Sosial
Kehidupan social Kerajaan Tarumanegara sudah teratur. Hal tersebut terlihat dari upaya yang dilakukan Raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

F.    Kehidupan Budaya
Bagaimana kehidupan budaya Kerajaan Tarumanegara? Bila dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti yang ditemukan dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada waktu itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya. Keberadaan prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis-menulis di Kerajaan Tarumanegara.
3.Kerajaan Kalingga atau Holing
A. Letak
Kalingga adalah nama kerajaan di Jawa Tengah sekitar abad ke-   7 M. Kerajaan ini bercorak Buddha. Nama Kalingga berasal dari sebuah nama kerajaan yang ada di wilayah India Selatan. Lokasi kerajaan masih diperdebatkan, kemungkinan berada di sekitar Blora dan Cepu (Jawa Tengah).
B.  Sumber Sejarah
          Sumber Sejarah mengenai Kerajaan Kalingga kebanyakan diperoleh dari sumber Cina, tradisi atau kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan. Sumber Manuskrip Cina ditulis oleh I-Tsing pada masa dinasti T’ang. Sumber ini menyebutkan kerajaan dengan nama Holing (kalingga) dan berlokasi di Cho-Po (Jawa).
          Di Holing pada tahun 664 M datang seorang pendeta Cina yang bermaksud menerjemahkan kitap suci agama Buddha. Sesampainya pendeta. Cina tersebut di Holing mendapatkan bantuan dari pendeta Holing yang bernama Jnanabhadra. Hal tersebut menunjukkan Kerajaan Holing memiliki peran yang penting dalam pengembangan agama Buddha.
          Sumber sejarah mengenai Kerajaan Holing adalah dari Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di kaki Gunung Merbabu (Jawa Tengah) dan tidak berangka tahun. Dilihat dari bentuk hurufnya, Prasasti Tuk Mas ini diperkirakan berasal dari tahun 500 M. Isi prasasti mengenai adanya mata air (tuk) yang Jernih dan bersih.
          C. Kehidupan Politik
Dalam berita Cina disebutkan pada tahun 674 M Kerajaan Holing diperintahkan oleh seorang ratu yang bernama Sima. Ratu Sima memerintahkan dengan keras dan adil. Di bawah pemerintahan Ratu Sima rakyat hidup aman dan makmur.
          Sepeninggal Ratu Sima, Kerajaan Kalingga terbagi menjadi dua, yaitu kalingga utara (dikenal dengan Bhumi Mataram) di bawah Sanaha (cucu Ratu Sima) dan Kalingga Selatan (Bumi Sambara) di bawah Dewasinga. Sahana menikah dengan Bratasenawa atau Sanna (raja ketiga kerajaan Galuh), yang kemudian melahirkan Sanjaya. Sanjaya kelak menikahi putrid dari Dewasinga yang bernama Dewi Sudiwara,yang kemudian melahirkan Rakai Panangkaran.
          D. Kehidupan Politik
Berdasarkan dinasti T’ang, diketahui bahwa Kerajaan Kalingga menghasilkan kulit penyu, cula badak, gading gajah, emas dan perak. Hal tersebut menunjukkan bahwa mata pencaharian rakyat Kalingga adalah berburu, nelayan, perdagangan, dan pertimbangan secara sederhana. Diduga mereka juga menguasai bidang kerajinan, kemampuan mengolah logam, dan pertukangan. Mereka juga mempunyai kemampuan membuat minuman dari bunga Kelapa.

          E. Kehidupan Sosial

Berita Cina zaman dinasti T’ang menyebutkan bahwa penduduk Kalingga membuat benteng-benteng kayu dan rumah beratap dari daun kelapa. Mereka mempunyai kebiasaan makan menggunakan tangan.
         Menurut Prasasti Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta diperkirakan sebagian rakyat Kalingga pandai menulis huruf Pallawa dan Terampil berbahasa Sanskerta, serta telah mengenai ilmu perbintangan.
          Rakyat Kalingga banyak yang menganut agama Hindu dan Buddha. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kedatangan Hwining dari Cina untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana selama 3 tahun (664-667 M). Hwining dibantu Jnanabhadra dalam menerjemahkan kitab tersebut.